Artikel

Khutbah Jumat: Menyisik Makna Nikmat di Balik Datangnya Musibah

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيْرِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ: وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ. الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ. أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ. (البقرة: ١٥٥-١٥٧)

Pada momentum ibadah Jumat ini, marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan dan keimanan sekaligus senantiasa meningkatkan rasa syukur kita kepada Allah subhanahu wata’ala yang telah menganugerahkan banyak nikmat kepada kita. Saking banyaknya nikmat yang diberikan, terkadang kita lupa tidak merawat dan mensyukurinya. Di antara nikmat itu seperti nikmat sehat, sempat, dan juga yang paling penting adalah nikmat iman dan Islam.

Hadirin jamaah salat jumat yang dirahmati Allah Swt.

Musibah dan bencana silih berganti menimpa kita semua. Tidak terhitung berapa kali cobaan dan musibah yang telah kita rasakan. Bentuk-bentuk cobaan berbagai macam, mulai dari pekerjaan, keluarga, harta benda hingga cobaan hilangnya sanak keluarga yang kita cinta sayangi.

Musibah atau bencana yang datang merupakan satu dari sekian banyak ujian dari Allah Swt. untuk menguji seberapa tebal iman dan rasa sabar dari setiap muslim yang tertimba. Dibalik kesedihan atas datangnya musibah atau bencana pasti akan menyiratkan hal yang baik dalam istilah yang lain “nikmat di balik musibah.”

Allah sendiri sudah menegaskan bahwa manusia akan selalu diberi cobaan musibah yang termaktub dalam Al-Qur’an Surat al-Baqarah ayat 155:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

Artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”

Semua musibah datang atas kehendak dan kekuasaan dari Allah Swt. Semua yang telah Allah timpakan kepada kita dari setiap musibah tidak lain adalah bentuk ujian dan bentuk cinta Allah Swt. kepada hamba-hambanya karena tidak sedikit dari kita, di setiap detik kehidupan kita, kita lupa akan nikmat-nikmat Allah Swt. yang kita lupakan bahkan kita dustakan.

Hadirin yang berbahagia,

Allah Swt. mengingatkan kepada kita tentang


مَآ ‌أَصَابَ ‌مِن ‌مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِۗ وَمَن يُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ يَهۡدِ قَلۡبَهُۥۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيم 

 “Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah, dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha mengetahui sesuatu.” (Q.S: At-Tabaghun; ayat 11)

Kendati cobaan yang datang berupa musibah akan berakibat menyesakan hati dan menyesatkan akal positif, dilantarkan hilangnya harta benda dan tak jarang pulang korban jiwa dari sanak keluarga. Namun demikian pula Allah mencoba menanamkan kepercayaan iman akan hal baik di masa yang akan datang apabila mampu tegar melewatinya, yaitu dengan bersabar dan mensyukur.

Dicatatakan oleh ulama besar Hujjatul Islam Imam Abu Hamid Al Ghozali di dalam kitab Ihya Ulumudin, bagaiamana sebuah cobaan akan menjadi keberkahan (nikmat) tersendiri bagi yang menerimanya yakni dengan meminta kelampangan hati kepada Allah.

وروى الصديق رضي الله تعالى عنه عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أنه قال سَلُوا اللَّهَ الْعَافِيَةَ فَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِنَ الْعَافِيَةِ إِلَّا الْيَقِينَ وَأَشَارَ بِالْيَقِينِ إِلَى عَافِيَةِ الْقَلْبِ عَنْ مَرَضِ الْجَهْلِ وَالشَّكِّ فَعَافِيَةُ القلب أعلى من عافية البدن

Abu Bakar As Shiddiq RA. meriwayatkan dari Rasulullah Saw., Sesungguhnya Beliau bersabda: Mintalah kalian kepada Allah akan ampunan, tidaklah diberikannya seseorang yang paling utama dari ampunan kecuali yakin. Nabi berisyarat dengan yakin yaitu diampunkannya hati dari penyakit bodoh dan rau-ragu, dan ampunan hati lebih utama daripada ampunan badan. (Ihya Ulumudin, juz 4, hal 134).

Dalam cobaan yang menjadi sasaran utama adalah bagaimana hati sebagai pusat utama badan dan jiwa manusia mampu bertahan dan ikhlas menerima cobaan, salah satu nikmat datangnya cobaan adalah dengan dibukakanya istijabah doa, sehingga dianjurkan sendiri oleh Nabi Muhammad untuk meminta ampunan kepada Allah dari penyakit bodoh dan ragu-ragu.

Cobaan dan musibah sendiri, menurut Al Ghozali dapat menjadi nikmat berdasarkan 2 hal:

أن ‌البلاء صار نعمة باعتبارين أحدهما بالإضافة إلى ما هو أكثر منه إما في الدنيا أو في الدين والآخر بالإضافة إلى ما يرجى من الثواب

Karena sesungguhnya bala’(cobaan) menjadi nikmat yaitu dengan 2 pertimbangan; pertama adalah dengan disandarkan kepada hal lebih banyak daripada awalnya, baik di dunia maupun di dalam agama (akhirat), sedangkan kedua adalah dengan disandarkan kepada sesuatu yang diharapkan yakni berupa pahala.

Bencana alam, cobaan, dan musibah memang tidak sedikit merenggut terhadap berbagai harta benda dan jiwa, namun apabila dijalani dengan tabah, maka bukan tidak mungkin Allah Swt akan memberikan ganti yang jauh lebih besar, jauh lebih utama, karena Allah Swt. tahu yang paling baik kepada hambanya yang beriman, dengan syarat mampu untuk benar-benar tabah dan menyukuri atas segala takdir yang telah diterima, yang terkadang sering selama ini didustakan. Imam Al Ghozali mengkatakan :

تعرف أن ‌النعمة إذا لم تشكر زالت ولم تعد

Diketahui sesungguhnya nikmat apabila tidak disyukuri maka hilang dan tidak dianggap

Hadirin percayalah setiap cobaan yang Allah berikan kepada kita, semua adalah atas ujian keimaan kita, apakah kita menjadi insan yang beriman ataukan sebaliknya menjadi manusia yang kufur atas Allah Swt.  Demikianlah dengan kita bersyukur dalam setiap kehidupan kita baik dalam kebahagiaan maupun dalam kenggahan hati, Allah akan meniscayakan nikmat yang datang lebih besar lagi bagi mereka yang bersyukur:

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Serta Sayyidina Hasan RA. pernah berkata; “Berapa banyak dari orang yang telah diberi nikmat yang tidak bersyukur.”

Semoga Allah memberikan ampunan kepada kita semua, dan semoga menyampaikan kita kepada nikmat yang besar, yaitu bertemu dengan bulan ramadhan dengan penuh semangat pengharapan dan ibadah kepada Allah Swt.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْ

KHUTBAH:


 اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

  اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.  اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

 عِبَادَ اللهِ إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ  

Oleh : Wildan Miftahussurur

Editor : Fauzinuddin Faiz

ـ

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *