Artikel

Sumbangsih Pendidikan Islam Ala NU & Muhammadiyah di Indonesia

Pendidikan Islam yang kita rasakan saat ini tidak lepas dari sejarah penting yang diawali oleh hasil Ijtihad pendiri ke dua organisasi terbesar Indonesia yakni KH. Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah-nya dan KH. Hasyim Asy’ari dengan Nahdlatul Ulama’-nya. Mereka adalah tokoh revolusioner wajah Islam Indonesia dari keterpurukan akibat kolonialisme menuju Pembaruan yang berorientasi masa depan terutama dalam ranah pendidikan. Yang kemudian, ditarik kesinambungan dan persamaan dari model pemikirannya untuk menjadi kiblat dalam pengembangan Pendidikan Islam di Indonesia. Begitulah sedikit gambaran buku dari Mbak Zetty yang di dalamnya membahas sejarah Pendidikan Islam mulai Zaman Pra-Kolonial hingga sesudahnya, Latar belakang Pendiri NU dan Muhammadiyah, serta Konvergensi pemikiran dan pembaruan Pendidikan Islam di NU dan Muhammadiyah.

Periode kemunduran intelektualitas dan pengkajian Islam sangat terasa saat Belanda menjajah Nusantara, ini ditandai dengan Kolonialisasi, kekejumudan dan suburnya klenik di kalangan umat Islam. Pada saat itu, Islam berkembang dengan memiliki pendidikan klasikalseperti Pesantren yang berkembang di Jawa, Surau yang berkembang di Minang, Meunasah yang berkembang di Aceh. Lembaga – lembaga Tradisional ini masih belum bisa mengakomodasi perkembangan zaman, pasalnya ada tiga faktor yang mendasari yakni Sisa agama Hindu yang masih kental, sistem dikotomi Belanda, dan sikap dikotomi umat Islam terhadap Ilmu Agama dan Umum. Dari probematika tersebut, muncullah gerakan Pembaruan (Tajdid) dari kalangan tokoh Islam yang mengakibatkan adanya dua poros terbesar yakni kaum Tradisionalis di barisan KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbullah, KH As’ad Syamsul ‘Arifin dan kaum Modernis di barisan KH. Ahmad dahlan, HOS Cokroaminoto, Ahmad Hasan. Pembaruan yang dilakukan mereka bukanlah pada esensi al-Qur’an dan Hadits, tetapi lebih pada interpretasi nilai – nilai yang diterapkan.

Dalam Bab ke-dua, buku ini mereview ulang siapa saja tokoh yang memengaruhi pemikiran pembaruan KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim As’ari, karena pada saat itu ueforia pembaruan sedang gencar di Timur Tengah, ada 4 tokoh fenomenal yang mempengaruhinya sebagai hasil menimba ilmu di Makkah. Tokoh – tokoh tersebut memiliki konten keilmuan dan pemikiran yang berbeda-beda,semua dilatar belakangi oleh kegelisahan terhadap kualitas sosial dan agama yang semakin merosot. Pertama, Muhammad Abduh mengusung tema penentangan sistem dualisme, baginya mendalami Agama juga harus mendalami ilmu umum, tidak boleh terpisah jika ingin mendidik Akal dan Jiwa sekaligus, beliaulah orang pertama yang berani memasukkan ilmu pengetahuan modern di al-Azhar University. Kedua, Rasyid Ridha mengusung tema memadukan (integrasi) Ilmu agama dengan Ilmu Umum lewat Madrasah al-Da’wah wal Irsyad serta meninggalkan kefanatikan bermadzhab. Ke-tiga. Syeh Nawawi al-Bantani mengusung pendidikan yang berorientasi pada Ma’rifatullah dan Amar ma’ruf nahi Munkar, karena dengan itu akan membawa manusia kepada reformasi dan transfromasi sosial yang berperadaban. Ke-empat, Syeh Ahmad Khatib al-Minangkabawi yang mengusung pendidikan nalar kritis dengan pendekatan sosial masyarakat dan budaya menulis.

Apabila Pembaruan Pendidikan Islam ini dilihat dari periodisasinya, maka bisa dipetakan kedalam 3 periode yakni Periode Pra-kolonial, kehidupan Keagamaan Islam berkembang sangat pesat di bawah kepemimpinan Sultan Agung (Kerajaan Mataram), dalam bidang pendidikan Sultan membagi menjadi 4 tingkatan (pengkajian al-Qur’an, Kitab, Pesantren Besar dan diakhiri Pesantren Keahlian atau Takhassus).  Periode Kolonial, kebijakan Penjajah pada masa itu dibagi menjadi 2 (Belanda dan Jepang), pendidikan Islam tidak bisa maksimal bahkan sulit berkembang pada masa kolonial Belanda, ini dikarenakan adanya praktek ketidak setaraan Hak belajar antara Pribumi dengan Belanda. Hal ini berbeda dengan kolonial Jepang yang lebih persuasif dan responsif terhadap Islam dan masyarakat Indonesia.Pada periode ini muncullah Madrasah-Madrasah seperti: Adabiah, Muallimin Muhammadiyah dan Diniyah Zainudin Labai.Periode Pasca-kolonial, Perkembangan Madrasah semakin nampak dan dijadikan lembaga baru di pesantren-pesantren, pemerintah juga mengambil posisi dengan mendirikan Madrasah di berbagai daerah. 

Pola Pembaruan KH. Ahmad Dahlan tidak lepas dari konstruksi sosial masyarakat keraton atau kota Jogjakarta, yang sangat kental dengan kesibukan, Upacara Adat, kemajuan industri dan lainnya. Selain itu, faktor akademik yang diperolehnya saat menimba ilmu di Makkah juga sangat dominan, dengan menjalin komunikasi intensdengan pemikiran Wahabi dan Pembaru Timur Tengah. Secara keilmuan beliau sangat menguasai berbagai cabang ilmu Islam, mulai dari Bahasa, Fiqh, Tafsir, Qiraat, hingga Falak, dengan berguru kepada lebih dari 8 Kyai dan Syeh baik di Indonesia maupun di Makkah. Ada dua pola yang digagas oleh KH. Ahmad Dahlan yakni Tajdid dan Purifikasi, Pembaruan atau Tajdid itu dituangkannya kedalam pendirian Madrasah yang mengkolaborasikan ilmu agama dan ketrampilan (Umum) ke dalam kurikulum, harapannya akan lahirnya Ulama’ – Intelek atau Intelek – Ulama’, metode yang digunakan juga variatif, seperti Model kelas, Tabligh, Tanya Jawab, juga Motivasi. Sedangkan Pemurnian atau Purifikasi dituangkannya ke dalam pendirian organisasi Muhammadiyah, dengan menggembalikan Islam pada bentuk asli yang meninggalkan Kultural dalam praktik agama. Pola pembaruan KH. Ahmad dahlan ini sangat menekankan pada tingkat rasionalitas terhadap aspek-aspeknya. 

Sedangkan Pola pembaruan KH. Hasyim Asy’ari sangat terkait dengan lingkungan pesantren dan kultural masyarakat desa, dimana sangat kental dengan kultur keagamaan dan pendidikan Islam klasik ala pesantren. Selain itu, geneologi keilmuan yang didapat dari ulama’ – ulama’ Syafi’iyah tentang Fiqh dan Tasawwuf menjadikan pemikirannya yang moderat, Beliau telah belajar ke lebih dari 20an Kyai dan Syeh baik di Nusantara maupun Makkah. Namun pemikiran Syeh Nawawi al-Bantanilah yang paling mempengaruhi rekonstruksi pemikiran KH. Hasyim Asy’ari, terutama dalam produktifitas menulisnya. Model pembaharuannya berciri khas Sufistik, semua harus diawali dengan membersihkan dulu dari niat-niat keduniawian agar selalu fokus beribadah dan menuntut ilmu. Kitab yang bisa merepresentasikan pemikiran KH. Hasyim Asy’ari adalah Adab al-‘Alim wa al-Muta’alim sebagai rujukan motivasi para santri dalam menuntut ilmu. Semangat pembaruannya diawali ketika berhasil mendirikan Pondok Pesantren sendiri di Desa TebuIreng –Jombang dan organisasi Nahdlatul Ulama’, disinilah Kyai menjawantahkan seluruh idenya untuk kemajuan Islam dan perjuangan di jalan Allah seperti mendirikan Madrasah Salafiyah dengan memasukan pelajaran Umum (Matematika, Geografi, dan  Bahasa Indonesia), para santri juga dibekali ilmu organisasi dan manajemen, dimana mereka akan mengabdi di Lembaga dan mendirikan Pesantren sendiri.

Apabila dilihat dari karakter atau tipe gerakannya dalam mendidik santri dan membuat lembaga pendidikan, KH. Ahmad Dahlan lebih menunjukkan Man Action, artinya beliau ingin lebih memberikan pada aspek pengalaman atau learning by doing, yang nantinya para lulusan santri bisa menerapkan secara langsung kedalam kehidupan masyarakat, baik di dunia kerja maupun pengembangan organisasi. Hal  ini berbeda dengan KH. Hasyim Asy’ari yang lebih menunjukkan Par-Exellent, artinya beliau lebih ingin mewariskan ketauladanan dalam bentuk uswatunkhasanah kepada santri, ilmu yang dipelajari tidak hanya pada kitab turats, melainkan juga pada contoh yang diberikan oleh Kyai. Sehingga para santri diharapkan mengerti ilmu pengetahuan dan agama untuk menjadi Insan Islam Kamil, seorang yang tidak hanya paham tetapi juga mengamalkannya dengan meninggalkan materialisme dan sekularisme. Kesimpulannya karakter atau tipe tersebut bisa dikatakan bahwa Muhammadiyah lebih Pro-aktif menyiapkan manusia masa depan, dan NU lebih defensif (Menjaga) internal dari serangan Wahabisasi dan Liberalisasi.

Oleh: M. Alfan Santoso, Pengurus LTNNU Cabang Jember dan Staf Pengajar di PP. Nurul Islam Jember

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *