Dalam Rangka Harlah NU ke-102, RMI NU Pamekasan Gelar Halaqah Pengasuh Pondok Pesantren se-Pamekasan
Dalam rangka memperingati Hari Lahir Nahdlatul Ulama (Harlah NU) ke-102, Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU) Pamekasan menggelar halaqah pengasuh pondok pesantren se-Pamekasan dengan tema “Peran Serta Pesantren dalam Mendukung Program Indonesia Maju”. Kegiatan yang berlangsung di Aula PCNU Pamekasan pada Sabtu (27/01/2024) ini menghadirkan Dr. Mahrus Elmawa sebagai narasumber utama dan dimoderatori oleh Muhammad Taufiq.
Acara ini dibuka dengan sambutan dari Ketua PC RMI NU Pamekasan, KH. Taufikurrahma, serta Ketua PCNU Pamekasan, Dr. KH. Taufik Hasyim. Dalam sambutannya, KH. Taufikurrahma menegaskan bahwa pesantren harus terus beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan jati dirinya.
“Pesantren bukan hanya lembaga pendidikan agama, tetapi juga pusat pembinaan generasi yang siap menghadapi tantangan zaman. Oleh karena itu, kita harus mampu beradaptasi tanpa kehilangan identitas keislaman dan kebangsaan,” ujarnya.
Dr. Mahrus Elmawa dalam pemaparannya menyoroti tiga aspek utama yang dapat diperankan oleh pesantren dalam mendukung pembangunan nasional.
“Pesantren memiliki potensi besar dalam membentuk karakter bangsa, terutama dalam membangun generasi yang berakhlak, cerdas, dan mandiri. Untuk itu, perlu penguatan sistem pendidikan pesantren yang lebih adaptif, kemandirian ekonomi berbasis wirausaha santri, serta pemanfaatan teknologi dalam sistem pembelajaran,” jelasnya.
Diskusi yang berlangsung interaktif dipandu oleh Muhammad Taufiq, Ph.D. Sejumlah peserta mengajukan pertanyaan dan gagasan mengenai strategi konkret agar santri lebih siap menghadapi dunia kerja.
“Bagaimana pesantren bisa lebih berperan dalam menyiapkan santri agar tidak hanya kuat dalam ilmu agama, tetapi juga memiliki keterampilan yang bisa bersaing di dunia profesional?” tanya salah satu peserta.
Menanggapi hal tersebut, Dr. Mahrus menekankan pentingnya kolaborasi antara pesantren dan pemerintah. “Kemitraan antara pesantren dan pemerintah harus diperkuat. Pesantren harus diberi akses lebih luas dalam berbagai program pembangunan, baik di bidang pendidikan, ekonomi, maupun teknologi,” paparnya.
Sebagai hasil dari halaqah ini, para peserta menyepakati beberapa rekomendasi yang akan diajukan kepada pemangku kebijakan. Rekomendasi tersebut antara lain mendorong integrasi pendidikan pesantren dengan program pemerintah, mengembangkan ekosistem kewirausahaan pesantren, serta mengoptimalkan peran teknologi dalam pengelolaan pendidikan pesantren.
Halaqah ini diharapkan menjadi momentum strategis bagi pesantren di Pamekasan untuk semakin berperan dalam pembangunan nasional. “Jika pesantren semakin mandiri dan berdaya saing, maka perannya dalam membangun bangsa akan semakin besar. Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga kita semua,” pungkas KH. Taufik Hasyim.
Wildan Miftahussurur