Berita

Napak Tilas Sejarah Pendirian PMII: Yayasan Sahabat Ulul Albab Menghadirkan KH. Munsif Nahrawi

Yayasan Sahabat Ulul Albab menghelat Coffee Morning dan Sarasehan (Sabtu, 5/10/2024). Kegiatan yang dihelat di ruang rapat rektorat UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember ini menghadirkan KH. Musnif Nahrawi, salah satu pendiri PMII, yang mengisahkan proses kelahiran PMII.

Musnif Nahrawi memaparkan, bahwa perkembangan organisasi mahasiswa dan dinamika politik saat itu, mempengaruhi keputusan para pendiri PMII merumuskan nama organisasi yang visioner dalam pertemuan di Surabaya. “Mencari nama yang dinamis, yang bergetar, yang bergerak, sehingga ada nama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia,” tuturnya.

Selain itu, dalam pertemuan tersebut juga memutuskan bahwa organisasi ini berkedudukan di Jakarta. Pada pertemuan penting tersebut, 14 orang pendiri PMII juga sepakat menunjuk ketua umum PMII. “Hingga terpilih Mahbub Junaidi, yang tidak ada di antara 14 orang itu, semua sepakat, tanpa pilihan orang kedua.” tambahnya.

Coffee Morning dan Sarasehan PMII
Coffee Morning dan Sarasehan PMII

Menurutnya, alasan terpilihnya Mahbub Junaidi secara aklamasi karena sang ketua PMII pertama adalah aktivis yang keren, pembaca buku kelas berat, memiliki keterampilan menyampaikan gagasan di ruang publik, ketua redaksi penerbitan di kampusnya, serta pemikirannya telah bertebaran di media massa.

Ia juga berpesan, bahwa komisariat dan rayon PMII perlu memberikan ruang pada setiap kader untuk berlatih public speaking. Menurutnya, keterampilan menyampaikan gagasan di ruang publik dapat melatih toleransi untuk menerima pendapat berbeda.

Ia juga bersyukur karena kader PMII kini banyak berkarir di dua bidang. Pada bidang pendidikan, kader PMII banyak berkarir sebagai rektor dan dosen.  Selain itu, pada bidang politik, banyak kader PMII banyak berperan sebagai pemimpin publik di berbagai daerah di Indonesia.

Dalam menyikapi dualisme organisasi mahasiswa NU di kampus, Ia berpesan agar PMII dan IPNU/IPPNU perlu sama-sama

Sebagai mantan pengurus PP IPNU, Ia juga menyadari bahwa PMII dan PK IPNU/IPPNU sama-sama menjadikan kampus sebagai area juang dan pengkaderan. Dalam menyikapinya, Ia berpesan agar PMII dan IPNU IPPNU saling menghargai hak orang muda NU di kampus untuk memilih di antara keduanya. Ia juga berharap, kedua organisasi saling menghormati hak masing-masing untuk melakukan rekrutmen dan pengkaderan di perguruan tinggi. “Hak asasinya untuk memilih PMII atau IPNU,”  pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *