Dua Kiai Bersaudara dengan Spesialisasi Berbeda
Ada dua Kiai Bersaudara asal Pesantren Manba’ul Khoiriyyatil Islamiyyah (Ponpes MHI) Desa Kedungsuko, Bangsalsari, Jember yang masyhur dikenal sebagai duo kiai ikonik dan kharismatik. Pertama adalah KH Abdur Rohim Halim , beliau Almursyid Thoriqoh Al Qodiriyyah yg berafiliasi kepada Syekh Abdil Qodir Aljilani dan Thoriqoh An Naqsyabandi yg berafiliasi kepada Syekh Baha’uddin Annaqsyabandi, sebagai seorang mursyid beliau sering memberikan nasehat atau mengajarkan sudut pandang yg berbasis spiritual bahkan terkadang metafisik yg sulit diterima logika. Penulis sebagai ponakan dua Kiai ini tetap antusias karena memiliki keyakinan bahwa memahami kebenaran tidak cukup menggunakan kecerdasan akal atau bukti ilmu pengetahuan, terkadang kebenaran hanya bisa dipahami oleh mereka yg dianugerahi ketajaman mata bathin dan personal yg menjaga kebersihan hati.
Kedua adalah KH. Abdul Halim Halimy, beliau penulis tafsir Almu’tashom 30 Juz berbahasa arab yg dikaji di beberapa negara karena beberapa ulama dari Mesir, Syiria dan Iraq yang pernah ke Indonesia untuk minta izin karya beliau dijadikan bahan kajian di negaranya, kitab ini semakin populer di Indonesia ketika dua ulama muda Gus Ma’ruf Khozin dan Gus M Afifudin Dimyathi memberikan atensi di media sosial, saya mendampingi kedua ulama muda ini bertemu dengan paman sang penulis . Beliau paman sering mengajak Penulis untuk wisata kuliner terkadang hanya berdua dengan saya yg menjadi sopir keliling Jember. Di moment jalan-jalan inilah beliau memberikan nasehat dan sudut pandang yg sangat rasional dan ilmiah, setiap narasi beliau selalu merujuk kepada Alquran dan Hadis terkadang juga beberapa pendapat ulama masyhur.
Dua paman ini memberikan dua dimensi yg berbeda kepada penulis; dimensi spiritual yg bersifat samawi yg unpredictable dan dimensi ilmu pengetahuan yg sangat argumentatif.
Penulis bersyukur Allah mentakdirkan penulis lahir di lingkungan yg tidak melimpah finansial tetapi melimpah kekayaan spiritual dan ilmu pengetahuan.
Oleh: Dr. KH. Mirh. Nadir Halimy, Ketua Lembaga Literasi & Keputusan LTN NU Jember.
Editor: Wildan Miftahussurur