Hifdz al-Nafs dalam Tema Hari Santri 2022
Oleh:
Dr. Muhammad Solikhudin, M. H.I. (Dosen Fakultas Syariah IAIN Kediri, Jawa Timur)
Peringantan hari santri 2022 sekarang mengusung tema berdaya menjaga mertabat kemanusiaan. Tema yang sejalan dengan apek hifz al-nasl dalam maqasid syariah. Peran santri dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia sangat kental dan tidak boleh dilupakan. Upaya ini merupakan penerapan mengangkat harkat dan martabat manusia dari belenggu penjajah yang sewenang-wenang dan menindas.
Hingga saat ini peran santri akan terus dibutuhkan bangsa Indonesia agar terwujud pemuliaan terhadap manusia dan masa depannya. Sepak terjang santri harus mampu menghadirkan perubahan ke arah yang lebih baik. Gus Mus dalam kata mutiaranya menyampaikan, bahwa santri itu bukan hanya yang mondok saja, tapi siapapun yang berakhlak seperti santri dialah santri.
Apa yang disampaikan oleh Gus Mus patut direnungkan dan diterapkan oleh siapa saja tanpa terkecuali. Sayangnya akhir-akhir ini bangsa ini disuguhi tontonan-tontonan yang tidak mencerminkan diri mereka sebagai santri. Perilaku santri seolah tercerabut dari akarnya. Namun kita harus tetap menanamkan aspek hifz al-nafs ini kepada generasi penerus bangsa. Agar bangsa ini selalu optimis menatap masa depan yang cerah.
Jasser Auda dalam buku yang dia buat dengan judul maqasid syariah as philosophy of Islamic law: a system spproach menyatakan kegelisahannya ketika ada serangan teroris yang lebih tepat dinamakan dengan tindakan kriminal di London, perjalanan pagi yang dia lewati membuatnya kecewa atas apa yang dia lihat (Jasser Auda: 2017, xxii). Saat ini banyak kasus kriminal yang beredar luas di media sosial. Maka sesuai cara pandang Jasser Auda dalam bukunya maqasid syariah sebagai filsafat hukum Islam: sebuah pendekatan sistem. Harusnya nalar maqasid syariah terutama hifz a-nafs harus direalisasikan dan didekati dengan sistem kemenyeluruhan dalam memahami ajaran agama, hukum negara yang berkembang di negara ini secara utuh dan bulat.
Pada aras itu juga disandingkan dengan pemahaman tentang kebermaksudan. Nalar tujuan ini sesuai dengan akar kata maqasid. Tujuan manusia diberi kehidupan adalah untuk menyembah Allah, bahkan makhluk ghaib dalam firmanNya juga diperintah agar beribadah kepada Allah. Menerapkan ajaran Islam yang Rahmatan lil ‘alamin seperti diajarkan juga dalam agama lain. Kristen menggunakan istilah cinta kasih, anti kekerasan dalam Hindu, kesederhanaan dalam Budha dan lain-lain (Chafid Wahyudi: 2011, 297). Semua agama mengajarkan kepada pemeluknya agar menebar kerahmatan. Rahmat inilah yang menjadi titik temu antar agama, menjalani kehidupan secara berdampingan dan harmonis. Selamat hari santri 2022. Mari kita isi dengan prestasi! Berdaya menjaga martabat kemanusiaan!
Oleh:
Dr. Muhammad Solikhudin, M. H.I. (Dosen Fakultas Syariah IAIN Kediri, Jawa Timur)