KH. Khotib Umar: Kiai Karismatik dan Guru-nya Presiden ke-4 RI
Selama ini banyak yang mengira bahwa Kiai Khotib Umar adalah orang yang sama dengan Kiai Umar, padahal Kiai Khotib Umar adalah sosok yang berbeda. Persamaannya, keduanya adalah sama-sama ulama karismatik dari Jember, tepatnya Ponpes Raudlatul Ulum, Sukowono. Perbedannya adalah, Kiai Khotib Umar adalah putra kedua dari Kiai Umar. Ini penting untuk disampaikan, sebab di beberapa naskah catatan sejarah masih tumpang tindih saat membicarakan keduanya. Ada yang kebalik, ada yang menganggap kedua tokoh hebat tersebut satu orang.
Kiai Khotib Umar adalah sosok penerus estafet kepengasuhan di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum. Beliau menggantikan sang ayah; Kiai Umar yang wafat pada tahun 1982 M silam. Selain sebagai pengasuh beliau kerap dikenal sebagai tokoh yang akrab dan disegani oleh pembesar PBNU, terlebih oleh mantan ketua PBNU seperti KH. Said Aqil Sirroj dan President RI ke-4; KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Tidak banyak catatan sejarah yang menuliskan sejarah kelahiran Kiai Khotib Umar. Beliau adalah putra kedua dari 5 bersaudara. Beliau lahir pada tahun 1941 M. Ayahanda beliau adalah Kiai Umar, Pengangsuh kedua Pondok Pesantren Raudlatul Ulum serta ibudanya adalah Ny, Shofiyah.
Unik, seluruh masa pendidikan Kiai Khotib Umar hampir tidak pernah melangkah keluar dari rahim pondok pesantren asuhan Sang Ayah. Dalam menggali keilmuan, Kiai Khotib Umar belajar di pesantren Raudlatul Ulum saja, dikisahkan guru yang mengkiatkan keilmuan dalam diri Kiai Khotib Umar adalah Ayahanda Beliau sendiri; KH. Umar dan Kiai Arif selaku kakak ipar dan suami dari putri sulung Kiai Umar; Ny. Shofia.
Kiai Khotib Umar dikenal sebagai tokoh nahdliyin di pandangan masyarakat. Di usia remaja beliau telah aktif mengeluti serta mengurus NU, membantu Kiai Umat. Di umur 20 tahun saja, cucu Kiai Syukri tersebut dicatat aktif dalam mengikuti dan membesarkan NU baik tingkat MWC sampai PCNU Jember.
Kiai Khotib Umar mulai memegang estafek kepemimpinan di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum semenjak wafatnya Kiai Umar di penghujung tahun 1982. Beliau dikenal sebagai Pengasuh terlama yang memangku tongkat pesantren hingga 2014. Mendidik santri dan berdakwah di hadapan masyarkat adalah kecintaan beliau dalam menyebarkan barakah keilmuan, beliau sangat menekankan pembelajaran salaf kepada seluruh santri dan selalu mengahdiri undangan masyarakat sebagai mubaligh selama tidak dihalangi oleh udzur.
Beberapa pembesar Nahdlatul Ulama pernah tertangkap akrab dengan sosok Kiai Khotib Umar. Mantan ketua PBNU; KH. Said Aqil dan Gus Dur sangat menghormati beliau. Diketahui, KH. Said Aqil Siroj 3 kali sowan langsung ke beliau, bahkan Gus Dur tidak akan meninggalkan untuk berjumpa dengan Kiai Khotib Umar saat berkunjung ke Jember, beberapa kali nampak mantan Presiden ke-4 tersebut mampir ke kediaman Kiai Khotib Umar di jantung pesantren.
Semua itu tersebut nampak tegas di kepribadian Kiai Khotib Umar. Beliau dihormati, bewibawa dan tegas dalam masalah agama, terlebih mengibarkan dakwah NU. Beliau pernah menjadi Muhtasyar PBNU sekaligus sosok kiai yang menjadi tempat rujukan bagi Gus Dur.
Kiai Khotib Umar menikah dengan Ny. Khodijah yang melahirkan 2 penerus beliau yaitu Ny. Mawadah dan Lr. Izzat Umar.
Perjalan besar Kiai Khotib Umar harus terhenti pada hari Ahad 8 Juni 2014 di RS dr. Soebandi Jember sekitar jam 05.00 WIB Sore. Wafatnya beliau menyisakan tangis duka yang mendalam kepada santri, masyarakat dan tokoh-tokoh besar NU yang turut menghadiri pemakamannya. Sosok yang patut jadi cermin dalam membesarkan dan menuangkan dakwah Aswaja kepada santri dan masyarakat nahdliyin dengan ikhlas dan tegas yang sejarah kebesaranya tetap terkenang hingga sekarang.
Humas : Wildan Miftahussurur
Editor : Fauzinuddin Faiz