Opini

Berdaulat Belajar, Langkah dan Solusinya

Jika kita membaca baik dari buku-buku jurnal penelitian atau dari sumber bacaan digital saat ini, kita akan menemukan definisi  Belajar dan pembelajaran yang begitu banyak dan beragam sebagai contoh yang dikemukakan oleh Slavin yang mengatakan belajar adalah proses perolehan kemampuan yang berasal dari pengalaman, sedangkan  pembelajaran menurut Gagna (1977) mengatakan pembelajaran merupakan seperangkat peristiwa-peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar yang bersifat internal.

Bagaimana dengan makna kedaulatan atau merdeka?, dalam kaitannya dengan Negara, kedaulatan atau (sovereignty) merupakan sebuah kewibawaan atau kekuasaan tertinggi dan tak terbatas dari sebuah Negara untuk mengatur seluruh wilayahnya tanpa adanya campur tangan dari Negara lain (Kompasiana, 2016).

Bagaimana dengan dunia pendidikan, Adakah kaitannya kedaulatan dalam ranah Pendidikan? Jika diartikan siswa atau anak didik memiliki kesempatan belajar sebebas-bebasnya  dan senyaman mungkin untuk belajar dengan tenang, santai dan gembira tanpa stres dan tekanan dengan memperhatikan bakat baik alami maupun bakat khusus yang mereka punyai, tanpa memaksa mereka mempelajari atau menguasai suatu bidang pengetahuan di luar kemampuan minat bakatnya atau kenyamanannya menurut penulis itu adalah kedaulatan belajar, bapak menteri pendidikan kita saat ini lebih sering mengatakan merdeka belajar itu sah-sah saja.

Pertanyaan yang kedua sudahkah kita mendapatkan kedaulatan itu khususnya dalam bidang bahasa Inggris? Silahkan ditanyakan kepada seluruh siswa atau anak didik kita di Nusantara ini,

Refleksi ini bertujuan sebagai upaya pribadi penulis untuk mengingatkan dirinya dan mereka yang ingin bersama-bersama berjuang untuk memberikan sebuah pengalaman belajar yang benar-benar berdaulat atau merdeka untuk kemajuan dan perkembangan anak-anak didiknya dengan segala perbedaan dan karakter bakat minat yang mereka miliki, terlebih dengan adanya fakta sudah berapa banyak orang-orang hebat yang lahir justru bukan dari ilmu yang dia dapatkan di dalam bangku sekolah atau pendidikan formalnya, bahkan ada yang tanpa mengenyam pendidikan formal sekalipun semasa hidupnya, ini artinya adalah kedaulatan atau kemandirian adalah kunci sebagaimana Benson dalam Teaching and researching autonomy in language learning (2011) yang mengatakan kebebasan untuk menemukan dan mencari pengetahuan yang dibutuhakannya akan memberikan kemampuan untuk mengendalikan pembelajarannya sehingga hal tersebut yang nantinya akan membantu dirinya meraih hasil yang maksimal untuk kesuksesannya.

Jika kita kaitkan dengan judul di atas masih kah ada kedaulatan itu khususnya di ranah pendidikan bahasa inggris?? Tentu masih!, apa iya?? kita lihat begitu banyak konsep pembelajaran yang ditawarkan dengan ide kemerdekaan yang tertulis rapi di atas kertas atau jangan-jangan kita sendiri, kita ambil contoh saja di dalam pembelajaran bahasa inggris kita sering kali memahami kedaulatan dan kemerdekaan atau kemandirian belajar itu hanya di tataran konsep semata, praktek di lapangan kita masih sering menemukan betapa banyak guru/pengajar membandingkan gaya belajar antara dirinya dan muridnya di saat seusianya, bahkan tidak sedikit guru akhirnya harus menghina anak didiknya karena hanya nilainya yang jelek, dan betapa banyak juga dari kita masih jadi agen-agen penindas kemerdekaan belajar anak didik kita untuk mendapatkan extra money dari beberapa lembaga yang mengendorse nya, dengan dalih metode belajar mereka yang sangat berbeda dan terbukti, apalagi dengan polesan tokoh atau publik figur yang semakin menguatkan, mereka lupa bahwa yang dihadapi mereka adalah manusia-manusia hebat yang memiliki karakter, bakat dan minat yang berbeda, ambil contoh si A yang memiliki bakat khusus dalam bidang bahasa inggris, si A diberikan karunia yang luar biasa memahami dan mengadopsi berbagai metode dan cara pembelajaran bahasa inggris dengan mudah, sedangkan si B dia hanya mampu menikmati belajar bahasa Inggris hanya dengan bernyanyi sejauh ini, apalagi si C,D dan F untuk mampu membaca tanpa tertekan saja mereka sudah senangnya luar biasa, dan masih banyak kondisi-kondisi berbeda di lapangan terutama dalam pembelajaran bahasa inggris yang kita temukan, sekali lagi penulis tidak mengatakan dengan metode yang sudah terbukti dan teruji itu salah, namun yang jauh lebih penting dari itu bagaimana anak didik kita benar-benar merasa berdaulat menjadi diri mereka sendiri dengan tujuan yang saya yakin berbeda antara satu sama yang lain, si A sebagai contoh, saya yakin tujuan dia bukan hanya sekedar bisa berbahasa inggris, lebih dari itu ia akan banyak sekali mendapatkan keuntungan dari bakat alaminya, terlebih dengan dukungan kemandirian/kedaulatan belajar yang kita berikan kepadanya, begitu pun si B, C,D dan F dengan tujuan mereka yang berbeda mereka mampu paling tidak menikmati dan bersabar dalam proses belajar yang menuntut mereka melakukan upaya extra untuk meraih tujuannya sendiri.

Apa solusi, upaya penulis dan kita yang mungkin memiliki kesamaan energi untuk perubahan terutama memberikan pengalaman belajar yang berdaulat agar tidak hanya retorika dan di atas kertas baca, di masa pandemi covid 19 inilah penulis banyak melakukan refleksi diri terkait belajar dan pembelajaran terutama kendala utama yang penulis rasakan untuk menghadirkan pembelajaran yang berdaulat dan merdeka, terutama sebagai pendidik dan pengajar di dalam komunitas dengan berbagai perbedaan latar belakang,  karakter, bakat dan  minat siswa.

Langkah pertama, kita sendiri harus merdeka terlebih dahulu, ambil contoh di tengah pandemi saat ini, dengan banyaknya media pembelajaran baik yang gratis dan berbayar dengan semua kelebihan dan kekurangannya, kita harus merdeka memilih dan mendesain media kita sendiri dengan dasar pertimbangan pengetahuan tentang sebaran kemampuan anak didik kita, yang kedua kita harus merdeka dari tuntunan kurikulum yang belum tentu itu baik untuk kondisi dan situasi anak didik yang kita hadapi dengan segala perbedaan tadi, ke tiga lakukan refleksi secara berkala dari hasil belajar anak didik kita, terutama terkait media dan sumber pembelajaran yang boleh jadi kita tidak merdeka dalam memperolahnya karena sekedar copy paste tanpa melakukan revisi dan perbaikan bahkan jika perlu menggantinya dengan media pembelajaran kita sendiri dengan pertimbangan kondisi dan lingkungan belajar kita masing-masing, ke empat,  hadirkan kedaulatan bagi anak didik kita untuk memilih menu pembelajaran yang sudah kita siapkan dengan media, platform atau sumber lain dengan topik dan tema yang sudah di susun bersama, serta mampu menciptakan tugas belajar secara mandiri, serta menghubungkan pembelajaran dengan dunia luar. Yang terakhir, sangat penting bagi kita untuk memberikan pemahaman kepada anak didik bahwa kalian memang berbeda secara bakat dan minat, namun percayalah bagi mereka yang mengenali dirinya dengan baik dan melakukan perubahan secara bertahap dan sungguh-sungguh berusaha untuk meraih tujuannya, tuhan akan membantunya dengan caranya. 

Khoirul Anwar, M.Pd, Pengurus Cabang LTNNU Jember, Director of Studies Eddys English Jember dan Pengajar di SMAN Pakusari

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *