KH. Yusuf Muhammad: Ulama Sekaligus Umara, “Gus Dur”-nya Masyarakat Jember
KH. Yusuf Muhammad atau yang biasa dikenal sebagai Gus Yus merupakan sosok figur panutan khalayak NU, terlebih bagi mereka yang berdomisili di Kota Jember. Beliau dikenal sebagai pendiri sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Darus Sholah, Tegal Besar, Kec. Kaliwates, Kabupaten Jember. Selain itu, beliau disandang sebagai tokoh yang penuh prestasi dan pengetahuannya begitu luas, baik yang berhubungan dengan keagamaan maupaun yang bersifat politik dan kenegaraan, sehingga tak jarang beliau mendapatkan nisbat “Gus Dur”-nya masyarakat Jember.
Gus Yus lahir di Jember, 23 Februari 1952 dengan nama asal Muhammad Yusuf Syamsul Hidayat. Ayah beliau adalah KH. Muhammad bin Hasyim, seorang pengurus Hoofdbestuur Nahdlatoel Oelama (HBNO) pada periode Ra’is Akbar KH. Hasyim Asy’ari. Ibu beliau adalah Ny. Hj. Zaenab Shiddiq, putri dari Kiai Muhammad Shidiq, seorang ulama yang begitu berpengaruh pada masanya. Beliau adalah delapan bersaudara dari jalur ibu kandung (syaqiq) salah satunya adalah Gus Nadhir, namun Gus Yus ditinggal oleh ayahandnya saat masih berusia 3 bulan dan lima lainya dari dari jalur se-ayah yang menikah dengan Ny. Hj. Muniroh.
Gus Yus kecil memulai pendidikanya di SD Jember kidul 1, kemudian melanjutkan di SMPN 1 Jember dan SMAN 1 Jember. Kendati bersekolah di lembaga yang bukan naungan pondok pesantren, pengetahuan dan kiatnya mencari ilmu agama, terlebih kecintaanya kepada Nadlatul Ulama yang begitu kuat, di usia yang masih terbilang dini; 13 tahuan, Gus Yus mendirikan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) bersama teman-temanya di SMPN 1 Jember. Selain itu, beliau juga dikenal aktif menjadi penyiar dan pengisi saluran Radio Ashiria Dua bersama dengan pelajar NU lainya.
Selepas SMA, Gus Yus melanjutkan kuliahnya di dua fakultas berbeda; Fakultas Dakwah di IAIN Sunan Kalijaga sekaligus di Fakultas Hukum UGM. Namun, karena sering bentrok dan kesulitan membagi waktu, Gus Yus kemudian meninggalkan kuliahnya di Fakultas Hukum UGM dan berfokus pada Fakultas Dakwah saja. Gus Yus juga pernah nyantri di Pondok Pesantren Krapyak yang diasuh oleh KH. Ali Maksum. Di Kota Rembang inilah Gus Yus digodok ketajaman dalam keilmuan agama. Gus Yus juga menorehkan berbagai prestasi dan aktif di berbagai organisasi, hal inilah kemudian mengantarkannya untuk melanjutkan pendidikan dari beasiswa ke Kota Rasulullah; Madinah Munawwarah tepatnya Universitas Syari’ah Madinah.
Selepas melepaskan jas pendidikan dari Universitas Syari’ah Madinah di tahun 1984, Gus Yus kembali ke tanah air. Beliau kemudian fokus mengembangkan dan meninggikan pendidikan kota kelahirnya; Jember. Di desa tempat tinggalnya, Gus Yus mendirikan pesantren, karena pada saat itu animo masyarakat akan pengetahuan agama sangatlah tinggi, sehingga kedatangan Gus Yus seolah seperti gemerlap cahaya bulan di gelapnya malam. Tepat pada hari Minggu bulan Agustus 1985 Masehi Gus Yus resmi merintis Pondok Pesantren yang pada saat itu KHR. As’ad Syamsul Arifin turut hadir mendoakan sekaligus peletak batu cikal bakal Pondok Pesantren Darus Sholah.
Nisbat “Gus Dur” kepada Gus Yus bukanlah hanya nama belaka, karena nama tersebut memang harus disematkan kepada orang yang aktif dalam perpolitikan negara. Gus Mus sendiri selain aktif dalam bidang dakwah, Gus Dur-nya Jember ini juga disegani dalam mata politik.
Malam setelah President kedua RI; Bpk. Soeharto menyatakan penguduran jabatan, Gus Yus bertemu dengan karib politiknya Imran Hamzah dan Fuad Anwar untuk mendiskusikan rencana pendirian partai politik. Dua hari kemudian dalam pertemuan RMI (Robithoh Ma’hid al-Islamy), Gus Yus bersama dua sahabatnya menyampaikan keinginan yang telah didiskusikan sebelumnya. Adapun tokoh lain yang turut hadir dalam diskusi tersebut adalah KH. Cholil Bisri (Rembang), Matori Abdul Djalil, dan beberapa ulama serta tokoh politik lainya. Hasilnya, dibentuklah Tim Lajnah yang diketuai langsung oleh KH. Cholil Bisri dan Gus Yus sebagai sekretarisnya yang dalam perjalannya tim tersebut terbentuklah Partai PKB.
Peran Gus Yus dalam pedang politik sangatlah besar. Beliau dikenal sebagai penggagas terlibatnya fikih siyasah dalam perpaduan aspek undang-undang kenegaraan dan kebangsaan. Beliau adalah sosok yang ditunggu-tunggu saat terjadi kebuntuan dalam pembahasan amandemen. Selain itu, Gus Yus juga menyuarakan pentingnya mengamalkan Asas Pancasila dalam sendi kehidupan bernegara, mengembalikan kedaulatan negara, menjamin hak rakyat dalam HAM khususnya dalam bersuara dan beragama, terlebih beliau adalah tokoh pembela dan pengangkat Ma’had Aly sebagai fakutlas resmi negara.
Begitulah kiprah Gus Yus dalam mewarnai gelar “Gus Dur kebanggaan kota Jember” dalam ranah politik maupun kenegaraan. Namun sayang, pada tanggal 30 November 2004, Gus Mus harus berpulang ke rahmat Allah Swt. diakibatkan kecelakan pesawat yang kendarai mengalami kecelakaan. Sosok yang begitu “Uswah” bagi Indonesia, khsususnya Jember, menyisakan tangisan yang mendalam di saat pemakaman di kota asalnya; Jember. Namun sosok ini akan selalu menjadi panutan bagi generasi pejuang NU sekarang dan seterusnya.
Editor: Muhammad Fauzinuddin Faiz
Humas: Wildan Miftahussurur