Opini

Khittah NU dan Politik

Khittah NU itu permanen, sedangkan Khutwah NU bersifat Kondisional. Jadi langkah-langkah NU dinamis. Dalam bahasa lain Khittah NU dikenal dengan istilah Qath’i atau Tsabat yang tetap dan kokoh, sedangkan Khutwah NU dhanni atau murunah yang adakalanya bersifat dinamis dan elastis mengikuti arus

Dari itu, dalam sejarah perjalanan politik NU di bumi Nusantara misalnya, yang dalam derap langkahnya pernah bergabung ke Partai Masyumi, kemudian menjadi secara mandiri melangkah untuk mendirikan partai sendiri dengan nama yang sama yaitu Nahdlatul Ulama.

Lalu ulama-ulama NU mendirikan PPP dan NU berfusi ke PPP yang pada suatu masa keluar dari PPP dan senantiasa menjaga jarak yang sama dengan partai politik sebagaimana hasil Munas dan Muktamar NU di Situbondo silam.

Pada era reformasi, para ulama NU melahirkan PKB namun tetap mengayomi kader kader NU yang ada diberbagai partai politik; mengawal dan menyongsong mereka dalam berkancah sepak terjang perpolitikan.

Jika kita lihat, hubungan NU dan PKB ini adalah historis dan aspiratif yang tidak hanya sekedar hubungan organisatoris struktural saja. Melainkan melahirkan banyak perubahan-perubahan politik yang terbentuk dari pelaksanaan Khutwah Nahdhiyyah yang dinamis. Termasuk banyaknya kader kader NU yang maju di PILPRES dan PILKADA di berbagai daerah.

Berangkat dari dinamisasime Khutwah NU itu kita tidak boleh menyalahkan muassis dan pengurus NU yang berpolitik, namun tetap konsisten perpegang teguh pada Khittah NU yang tsabat.

Sebagai cermin dan menjadi renungan bersama adalah maqalah dawuh dari KH. Hasyim Asy’ari:

لقد ضعفت الروحانية الدينية فى العالم السياسي الاندونيسي بل كانت تموت فى هذا الايام الآخرة

Sungguh sangat lemah semangat nilai nilai Agama dalam perpolitikan di Indonesia bahkan akhir akhir ini tidak menyala lagi.

Menurut pemahaman kami, dawuh KH. Hasyim Asy’ari tidak menghendaki Indonesia ini menjadi negara sekuler tapi harus menjadi negara yang di andasi dengan nilai nilai Agama.

Jember, 26 Januari 2024

Penulis: M. Misbahus Salam, Salah, Direktur Darus Salam Centre Education and Peace.

Editor: Wildan Miftahussurur

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *