Khutbah Jumat: Mengikat Tali Persaudaraan
Khutbah 1:
اَلْحَمْدُ للهِ. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْاِنْسَانَ فِيْ أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْعَظِيْمِ الْكَرِيْمِ. وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كُنِّيَ بِأَبِي الْقَاسِمِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِاَجْمَعِيْنَ. اَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِيٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ.
Hadiri Salat Jumat Yang dirahmati Allah.
Saya saya berpesan kepada seluruh jamaah salat jumat khusunya saya secara pribadi untuk senantiasa bertakwa kepada Allah Swt. karena dengan bertakwa kita akan mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Bentuk takwa kita adalah dengan menjauhi setiap yang Ia larang dan melaksanakan setiap perintahnya. Hadirin Bentuk takwa bukan saja bersifat vertikal, antara kita dan Allah swt semata yaitu hablum minal Allah, melainkan juga horizontal, yakni kita dengan makhluk Allah lainnya, khususnya dengan sesama manusia dalam bersosial terlebih bagi saudara kita sesama Islam atau ukhuwah islamiyah. Ibarat kita titik koordinatnya, dua arah itu harus dijaga keseimbangannya.
Menjaga hubungan persaudaraan kemanusiaan ini harus dilakukan terlebih kepada saudara se-Islam. Betapa tidak, Allah swt berpesanya, bahwa setiap orang mukmin yang berjalan dalam jalan-Nya adalah saudara. Ditegaskan oleh Firman Allah swt dalam Al-Qur’an Hujurat 10 :
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَة فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ
Sesungguhnya setiap mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah (berbuat baiklah) di antara saudara-saudara kalian, dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian mendapat rahmat.
Dalam ayat tersebut suda jelas kita diikatkan oleh Allah Swt. dalam iman dan islam, serta perintah Allah di ayat tersebut adalah saling mendamaikan dan berbuat baik di antara sesama.
Hal ini juga dipertagas di dalam ayat yang lain yakni di dalam surah Ali Imran ayat 103:
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآء فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦٓ إِخۡوَٰنا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَة مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنۡهَاۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ
Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.
Hadirin seklian Standar tolak ukur persaudaraan bukan hanya dari hubungan nasab kekeluargaan saja, tapi titik persautan kita sebagai saudara adalah disebabkan persaudaraan kita dalam satu haluan, satu kiblat, dan satu dalam ikatan yaitu agama Allah yakni Adiynul Islam. Ayat tersebut juga menjelaskan kepada kita semua, bahwa dalam ikatan agama islam kita adalah satu saudara tanpa mengenal ras, suku, daerah, atau bahkan golongan. Hal yang serupa dilakukan oleh Rasulullah Saw ketika sampai di Madinah saat Hijrah, Rasullullah mengikatkan persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Anshar dengan mensaudarakan, menikahkan, dan lain sebaginya.
Menanggapi ayat wala tafarrqu/ janganlah tercerai berai. Imam Al Qurtubi memberikan 2 maksud di dalam kitab Al Jami’ li Ahkamil Qur’an 159 Juz 4: Adapun Maksud pertama dari ayat tersebut adalah hendaknya Umat Islam tidaklah tercerai berai sebagaimana yang terjadi pada Umat Yahudi dan Nasrani. Adapun maksud yang kedua adalah janganlah tercerai berai akibat mengikuti hawa nafsu dan tujuan-tujuan yang berbeda, dan kita adalah saudara dalam agama Allah, dan inilah pula yang merupakan tendesi dari pencegah kita untuk saling tercerai berai dan bermusuhan.
Hadirin yang berbahagia
Kita Sebagai kaum Nahyidin warga Nauhdatul Ulama, setidaknya memilki trilogi dalam ukhuwah yang disebutkan dalam Diwah Nauhdatul Ulama, yaitu ukhuwah wathaniah (persaudaran dalam bernegara), ukhuwah islamiyah (persaudaraan dalam islam), dan ukhuwuh basyariah (saudara dalam kemanusiaan). 3 persaudaran ini ditegaskan wajib untuk agar menghidarikan dari segala kesemerawutan di dalam masyarakat yang bisa menyebabkan perpecahan.
Ditegaskan dalam hadis Nabi yang dikutip dari hadis Arbain an Nawawi
عَنْ أبي حمزة أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، خادمِ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Dari Abi Hamzah Anas bin Malik RA. pembantu Rasulullah Saw. dari Nabi Saw. Beliau bersabda: “tidak beriman salah seorang dari kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai terhadap dirinya sendiri” (HR. Bukhori & Muslim).
Mencintai dan saling menjaga adalah keharusan bagi kita sebagai bentuk puncak kesempurnaan iman dalam hati kita karena tidaklah sempurna hati kita jikalau masih ada egoisme tidak memandang persaudaraan atau bahkan tidak peduli di saat teman dan sahabat seiman kita dalam kesusahan. memaksudkan makna dari hadis di atas, Syaikh ibnu Hajar al Haytami dalam kitabnya: Fathul Mubin bi Syarhi Arbain Nawawi halaman 362, Adapun maksud dari hadis ini adalah sebagai mana diketahui dari apa yang telah kami sepakati yaitu selarasnya hati-hati manusia dan teraturnya keadaan mereka. Ini merupakan prinsip besar Islam yang telah Allah wasiatkan dalam ikatan agama Islam.
Lanjutnya Al Haytami menjelaskan yang dimaksud dalam persaudaraan adalah saling tolong menolong dan bersosial dalam kebaikan bukan dalam keburukan atau bahkan kemaksiatan. Karena sebagaiamana memperumamakan kita “Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit, seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam.”
Hadirin sekalin
Adapun bentuk persaudaran adalah kita senantiasa tolong menolong dan saling mengingatkan dalam kebajikan dan melarang kepada sesama dalam jurang kemungkaran,, terlebih jikalau di antara kita ada yang terkena musibah mari ulurkan sambung tangan meringankan beban dan bahagia dalam nafas Islam. Marilah kita satu dalam persaudaran dalam Iman, satu dalam Islam, dan satu dalam meraih ridha Allah Swt di dalam kebaikan. Semoga kita tetap diikatkan oleh Allah Swt. hingga kelak yaumil kiyamah Amin, ya rabbal alamin.
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، اَلْاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلِّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلَازِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ
Khutbah II:
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ
أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَااِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ
لتَّائِبِيْنَ
Editor: Wildan Miftahussurur